Untuk mengisi libur panjangnya Diki, Rido, Laras dan Meli, mereka mengadakan kemping ke puncak gunung Papandayan, memang sudah jauh hari mereka berencana untuk kesana.
Diki pacarnya Laras dan Rido pacarnya Meli, dua pasangan kekasih itu sama-sama suka touring, suka tantangan dan suka dengan suasana baru.
Terlihat mereka berempat lagi sibuk memasukan barang bawaan ke dalam bagasi mobil, sesaat setelah beres mengepak semua barang, akhirnya mobil melaju kencang membawa keempat muda mudi itu.
Tiba disuatu Desa di kaki Gunung, mobil pun berhenti, di Desa itu memang agak sepi mereka rencananya mau bertemu Kepala Desa untuk menitipkan mobilnya,.Karena mobil gak mungkin bisa dibawa naik gunung dan jalan mobilnya pun cuman sampe Desa itu.
Sesaat mereka pada diam sambil melihat -Lihat suasana Desa yang tertata rapih, rumah kayu yang saling berhadapan memakai dinding anyaman kulit bambu yang unik,dipinggir jalan yang terjal berliku naik turun, dan dibelakang kampung terlihat hamparan sawah nan luas menyusun kebawah pematang sawah ditebing berbukit, menambah kesejukan panorama alam., sesekali terdengar suara hewan dan binatang peliharaan saling bersahutan.
Selagi merasakan suasana desa, terlihat ada seorang petani lewat.
Maaf pa saya mau nanya kalau rumah pa Kades dimana ya pa? Diki bertanya.
Oh... tuh den yang pagarnya warna biru, memangnya aden mau ngapain? petani itu menjawab dan balik bertanya.
Ini mang kami mau menitipkan mobil kami disini, dan kami mau naik ke puncak gunung mang, mau kemping.
Ohh...gitu, o iya Den.. hati-hati ya kalau kesana, ada hutan yang dipagar, aden jangan coba masuk ke hutan yang dipagar itu. Kalau mau kemping mah diluar pagar saja Den, kalau bisa agak jauh dari hutan itu, kan masih banyak tempat yang lain yang bagus.
Memang kenapa mang, apa puncak gunung ini angker ya mang? Meli yang sedari tadi mendengar pun bertanya.
Gak juga neng, yaaa hanya hutan itu aja neng, hutannya gak luas cuman sengaja dipagar sama bapa kuncen gunung Papandayan, dan ada larangan masuk kesitu, mamang ga tau jelas,apa sebabnya neng, tapi yang pasti semua warga disini harus bilang ke setiap orang asing yang mendaki atau berkemping, supaya mematuhi larangannya.
Oh gitu ya mang,,!!,,
Iya,, kalau gitu mamang permisi Den, mau pulang...
Iya mang trimakasih ya,sudah mengingatkan..Diki menganggukan kepala sambil mengerutkan alisnya.
Mereka berempat saling bertatapan.
Gimana nih Dik, apa kita naik aja atau pulang lagi ke Jakarta, masa iya kita pulang lagi, lagian tuh si mamang nakut-nakutin kita aja..
Rido menggrutu heran.
Yaaa kita jadi kemping disana dong..! asalkan kita nurutin apa kata si mamang tadi, kan si mamang juga ga melarang kemping disana, si mamang hanya bilang jangan memasuki hutan yang dipagar, udah lah jangan pada parno kalian, mending sekarang kita temui dulu pa kades, kita nitipin mobil sambil kita bahas kata si mamang tadi.
Ya sudah kalau begitu, gimana baiknya aja.
Rido , Meli dan Laras pun pada menganggukan kepala.
Setelah Sampai di rumah Pa Kades, mereka pun mencoba mengetuk pintu.,ternyata Pa kades sendiri yang buka pintu.
Maaf apa benar ini rumah Pak Kades?..dengan nada sopan Diki bertanya.
Iya saya sendiri,ayo silakan masuk, kita bicara didalam aja .!
dengan ramah sekali Pak Kades mempersilakan mereka masuk.
Ada apa ya, kalian darimana?
kami dari Jakarta Pa, datang kesini mau kemping ke puncak gunung, kalau ga keberatan kami mau nitip mobil kami disini.
Oh tidak bisa,,,,!!!!
tidak bisa didalam rumah maksudnya,he he he.silakan saja pekarangan rumah saya luas ko, kayaknya untuk empat mobil juga masuk.. seraya becanda pak Kades mengizinkan.
He he iya pa, terimakasih sebelumnya Pa, kami cuman bawa satu mobil ko, pa.
Emangnya kalian cuman berempat?, apa yakin kalian ga takut kemping empat orang?
Gak Pa, kami sudah terbiasa ko...!!!
ohh gitu..o,, iya satu lagi, disana kalian jangan mencoba masuk hutan yang dipagar, entah apa alasannya yang pasti itu demi keselamatan kalian, kalau mau kemping lebih baik agak jauh dari hutan itu.
Iya Pa kami sudah tau dari bapak tani yang lewat tadi.
Ohh gitu,, ya sudah selamat mendaki aja, semoga kalian selamat sampai tujuan dan kembali lagi.
Akhirnya mereka pun berpamitan berangkat menuju puncak gunung.
Langkah demi langkah, terayun naik melewati bukit-bukit kecil, mendaki tangga alam bebatuan terjal nan curam, sesekali mereka menghela napas berhenti sejenak dan melanjutkan kembali..
Setelah lama diperjalanan akhirnya mereka pun sampai ke puncak Gunung Papandayan.
Rasa lega terlihat diwajah mereka..
Sepertinya tempat ini cocok buat kita mendirikan tenda, hanya tempat inilah yang dekat dengan air, kata Laras sambil melihat aliran air yang mengalir dari bebatuan...
Tak jauh dari tempat mereka terlihat hutan yang dikelilingi pagar.
Dik, mungkin hutan itu yang pak kades maksud,!!! Rido bicara sambil matanya melihat ke arah hutan itu.
Iya Do, padahal hutannya gak ada yang aneh ya,, masih sama ko sama hutan yang lain,
Bener Dik, mungkin warga Desa aja yang penakut, ya mungkin hutan itu ada ular atau hewan buas kale, makanya dipagar.
Hussss lu sok tau, diam lu,,,!!! disini lu jangan asal bicara.
Iya-iya, tapi Dik, apa ga terlalu dekat dengan hutan itu jika kita mendirikan tenda disini?
ga apa-apa kayaknya, soalnya kita masih berada diluar pagar hutan itu, lagian jarak kita kan masih jauh ke hutan sanah..Diki meyakinkan Rido.
Wooooy ko pada ngobrol, cepet dong bikin tenda, hari udah mulai sore nih,,,!!! Laras dan Meli teriak-teriak.
Iya-iya, sambil berpaling dari hutan yang sedari tadi dilihat Diki dan Rido menoleh ke arah Meli dan Laras.
Karena memang mentari sudah mulai surut menuju sore, akhirnya mereka pun, berbenah membuat tenda, setelah selesai kemudian mereka mengumpulkan kayu bakar.,,
Meli dan laras membuka perbekalan makanan dari tas dan membagikannya.
begitu menjelang malam, api unggun pun dinyalakan, mereka berpasangan duduk didepan kobaran api, Diki yang memainkan gitar, terus bernyanyi memecahkan keheningan malam., tawa canda seru-seruan ejekan dan banyolan terlontar dari keempat insan yang sedang bersuka cita.
Sesaat sudut mata Diki, menoleh ke arah hutan yang tadi siang dipagar..
Ko,,,, itu ,,,itu,,,kan? telunjuk jari Diki menunjuk ke arah hutan itu, tanpa berkata apa maksudnya.
Lalu Rido, Laras dan Meli melihat apa yang Diki tunjuk....
Sungguh sangat kaget luar biasa, dihutan yang didalam pagar itu terlihat banyak Rumah, seperti suatu perkampungan, nyala listrik menerangi setiap rumah seperti benar-benar ada penghuninya.
Mereka berempat pun mengerutkan kening.
Tiba-tiba Rido bicara" itu memang perkampungan, mungkin tadi siang kita hanya melihat pohon-pohon besar tanpa melihat kebawahnya, sekarang terlihat yaa karena adanya lampu listrik yang nyala...bener ga?
Iya sih, tapi kita harus ingat sama ucapan Pa kades dan petani tadi."Diki menjawab sambil melirik ke arah Rido.
Sudahlah jangan terlalu dipikirin, lagian tuh kampung emang seharusnya dipagar, kalau ga dipagar entar ada kecoa masuk terus lari-lari dan terbang, treeek nempel dikening,,,ihhh takuttt...,, Meli nimbrung omongannya ga jelas penuh candaan.
Lu,,, Meli, serius dong,, kita berhadapan sama gaib tau,,,!!!
Laras yang pendiam sedikit membentak Meli...
Lagian kalian yang dibahas itu-itu mulu, kita kesini kan mau seneng-seneng, bukan mau uji nyali..."Meli cemberut manja.
O,,,ya, Mel anter aku yu,,!! aku gerah nih pengen mandi, aku ga bakalan bisa tidur kalau belum mandi.
Aku mandi dulu ya,? laras mengalihkan pembicaraan.
Ya udah yuu... aku juga mau mandi ahh.
Meli dan Laras pun beranjak menuju aliran air yang lumayan deras,,.kemudian mereka mandi.
Diki dan Rido masih tertegun, sesekali mata mereka melihat ke arah kampung itu.
Dik, lu berani ga mendekati kampung itu,kita lihat dibalik pagar aja mencari tau, tuh kampung beneran atau hutan?
Saraf lu, ga ahh,,, Diki memalingkan wajahnya.
Kenapa lu takut?,,, lagian kita kan ga masuk pagar, kita kesini kan mau mencari yang baru,
jarang-jarang loh ada kesempatan buat kita tau kenapa dilarang keras masuk kesitu.
Gak ah, lagian lu jangan bermain main dengan hal yang kayak gini Do,,,!!
bukannya gw takut, tapi gw hanya ingin mematuhi peraturan yang berlaku.
Alah bilang aja lu takut, gw penasaran Dik, kalau lu takut biar gw pergi sendiri aja ah,. Gw yakin bahwa tuh memang benar rumah penduduk disini, gak ada angker-angkernya tau, lu nya aja yang terlalu mendramatisir keadaan.
Lu jangan terlalu kepo Do, nih bukan Jakarta tau, nih hutan ingat lu,,,,!!!
justru di Jakarta gak ada yang kayak gini Dik, makanya gw pengen cari tau.
Cape ya ngomong sama lu, ga ada habisnya, terserah lu ah mau gimana juga." Diki jadi merasa kesal dengan Rido, yang terus bersih keras ingin melihat ke perkampungan itu.
idih malah naik darah, biasa aja dong.!! Lagian aku cuman becanda aku juga sama takut kale....
terserah lu ah,,, ya udah gw mau mandi dulu, nyusul cewek gw.."..Diki pun beranjak pergi.
Tunggu gw ikuttt...Rido pun ikut berdiri dan lari mengejar Diki yang menghiraukannya.
Setelah mereka semua pada mandi, kemudian mereka kembali berkumpul di hadapan api unggun yang masih nyala.
Kita masak dulu yu, nyiapin makan malam,!!!, Meli sambil melihat Laras.
Ayo,,, Laras menganggukan kepala......
Akhirnya,,, Mereka pun masak makanan yang mereka bawa,, membakar ayam kampung, bakar ikan, sambal saus pedas serta makanan lainnya yang mereka bawa..
Setelah pada mateng dan siap santap mereka pun makan bersama.
Ko sudah makan malah ngantuk ya!! Rido menguap...Tidur ahh.. Rido beranjak menuju tenda meninggalkan ketiga temannya.
Huh dasar SMK lu,,,! sudah makan kabur...
Diki menggrutu sambil matanya melihat Rido yang berjalan tanpa komen.
Ya udah Mel, kalau lu ngantuk tidur aja sama Laras, kalau ada apa-apa teriak aja ya, aku di tenda sebelah sama Rido.,
Ya udah Mel, yu tidur ah cape banget nih badan,,!! ""Laras mengajak meli yang lagi asik mainin kayu yang terbakar.
Yuu... Meli pun berdiri
O,,,ya Dik, lu tidur juga dong,, ga takut lu sendirian diluar, Laras menatap Diki.
Iya bentar lagi belum ngantuk, ...
Ya udah aku tidur duluan ya, met malem honey,,, see you....jangan malaem malem tidurnya ya,,.!! Laras dan Meli pun beranjak menuju tendanya, meninggalkan Diki yang masih mainin asap rokok yang mengepul dibibirnya.
Sesekali mata Diki melihat ke arah kampung itu, dalam pikirannya benar-benar yakin kalau tadi siang dia melihat sangat jelas sekali bahwa kampung itu hutan.
Selagi dia duduk tiba-tiba bagian kuduknya ada yang tiup,,, puussssss.....
Serentak Diki memegang kuduknya dan menoleh ke belakang,..
Apa yaa,,? ,Tapi ga ada siapa-siapa,ko kayak ada tiupan angin ya......
Pandangannya kembali tertuju ke kampung itu,keningnya sedikit mengerut disaat dia melihat anak-anak yang lagi pada bermain, terlihat dari kejauhan seperti bermain kelereng.
Ko bisa ya, bermain kelereng jam segini, ini kan hampir jam 12...aneh ,,,kenapa orang tuanya membiarkannya ya.
Berlahan Diki berdiri dan tak melepas pandangannya, entah ada tarikan apa sehingga dia seakan terhipnotis ingin melihat lebih dekat, langkah demi langkah terayun pelan, sedikit demi sedikit mendekati pagar yang mengelilingi kampung itu,.
Hingga sampai di balik pagar, pandangannya pun terus memperhatikan anak-anak itu, tiba-tiba terlihat di salah satu rumah, wanita lagi asik menyisik kutu dikepala teman wanita yang satunya lagi, kayak ibu-ibu kampung yang lagi ngerumpi di siang hari, duduk didepan rumah.
Asstagfirullohaladzim, ko bisa ya,!!! Diki merasa heran, kenapa tengah malam dikampung ini kayak waktu disiang hari.
Kemudian dia dikagetkan dengan penglihatannya lagi, dia melihat seorang kakek tua lagi mengeluarkan kambing dan menggiringnya seakan mau pergi mengembala.., selagi keheranan tepat dihadapannya terlihat seorang ibu-ibu lagi menyapu halaman rumah dengan sapu lidi..
Sesaat ibu itu berhenti menyapu, dia terdiam rupanya si ibu itu merasakan kehadiran seseorang yang memperhatikannya,, serentak ibu-ibu itu menoleh ke arah Diki.
Diki merasa kaget luar biasa, muka ibu itu pucat pasi, matanya melotot tajam..
Diki pun mundur beberapa langkah menjauhi pagar, kemudian membalikan badan dan lari ke arah tenda.
Begitu masuk ke dalam tenda dia tak melihat Rido.
Napasnya masih terengah naik turun.
Loh ko Rido kemana?
kemudian dia keluar dan masuk ke tenda Laras dan Meli.
Mel, Ras, Rido ga ada kemana ya?
emuah aku ngantuk ahhh..Mel serius Rido ga ada, Ras bangun sayang, ada yang gak beres.
Emangnya Rido kemana, Meli dan Laras pun terbangun, coba kita keluar.
Mereka bertiga pun keluar mencari Rido,,,..
Teriak-teriak memanggil nama Rido...
Sayang kamu kemana sih ko ga bilang-bilang..,Meli pun nangis-nangis.
Aku curiga Rido masuk ke kampung itu, sambil melihat Meli dan Laras Diki berbicara.
Kenapa kamu yakin,,? Meli bertanya,..
Ga begitu yakin juga sih, aku cuman curiga,masalahnya Aku juga yang tak ingin tau seakan ada yang hipnotis, menarik aku untuk menuju kesana, apalagi Rido, sebenarnya sedari tadi kalian mandi dia mengajak aku melihat ke balik pagar kampung itu, dia ingin tau keadaan kampung itu, tapi aku menolaknya.
Ko dia nekat sih, Dik,,? kan sudah tau ada Larangan masuk kesana, masih mau tau aja kepo amat sih bebebz,.. Meli nangis lagi.
ya udah yuu, kita lihat kesana mungpung belum lama, kita jangan membuang waktu.
Akhirnya mereka bertiga berjalan setengah lari ke arah pagar kampung itu, sesampainya disana, Mata Meli, Laras dan Diki terbelalak memang benar Rido lagi berjalan menuju pintu pagar itu,, namun anehnya Mata Rido terpejam kepalanya sedikit miring,, Seakan masih tertidur lelap.
Ridoooo berhenti jangan masuk, lu sadar Do....!!!!
Namun sayang sekali Diki tak mampu menahan Rido yang membuka pagar itu dan masuk.
Bebbbbb jangan ,,,berbahaya tau,,, Meli teriak napasnya terengah kecapean lari mengejar Rido, Namun mereka bertiga terhenti di depan pintu pagar,karena Rido terlanjur masuk...
Dik, gimana nih? aku gak mau terjadi apa-apa sama Rido,,, Meli bertanya cemas.
Tenang Mel,,siapa tau aja Rido keluar lagi, kita tunggu disini.
Mereka bertiga pun duduk di depan pintu pagar, sudah 1 jam berlalu Rido pun tak kunjung keluar.
Meli berdiri berjalan mondar mandir sambil menggerutu cemas" aku ga mungkin diam kayak gini Dik, aku ga bisa terima jika terjadi apa-apa sama Rido, aku akan melakukan apa pun buat dia, sudah satu jam lewat Rido ga balik, kalau begini mau ga mau aku harus masuk.
Mel, mel.. lu harus tenang,"Diki berdiri dan menghalangi Meli yang hampir saja lari masuk pintu pagar, kalau lu cemas sama kita juga cemas, walau bagaimana pun, Rido teman baikku juga, kamu harus tenang, kita akan cari pertolongan ke warga Desa.
Kapan Dik? lama tau, dari sini ke Desa kan jauh,...
Iya Mel, tapi kalau lu masuk juga belum tentu lu bisa menolong Rido., ingat Mel, yang kita hadapi adalah hal gaib., hanya orang yang bikin pagar ini yang tau harus bagaimana., percayalah sama aku.
Serentak Meli mendorong Diki" hingga Diki terjatuh, gaak aku harus masuk, apapun yang terjadi aku gak perduli, kalau lu mau cari pertolongan pergi aja, itu juga kalau lu perduli sama aku dan Rido" Meli lari dan masuk ke pintu pagar yang masih terbuka.
Meeeliiii...... Laras teriak, luuu jangan nekat Mel,,, Laras nangis,sambil tangannya membangunkan Diki yang terjatuh.
Kenapa jadi kaya gini Dik,,,??aku takut mereka kenapa napa.
Kamu harus tenang Ras, sebaiknya kita segera cari pertolongan warga desa, kita akan temui Kuncen yang membuat pagar ini...ayo Ras, kita pergi..tangan Diki pun memegang erat tangan Laras,lari terburu-buru, kembali ke tenda membawa lampu senter,,dan mereka pun langsung turun gunung menuju Desa.
Malam yang tidak begitu gelap, rembulan sedikit memberikan cahayanya, hingga membuat mata Meli mampu sedikit melihat keadaan disekitarnya.
Meli yang baru saja memasuki kampung itu,mencoba menenangkan pikirannya, berlahan berjalan, sambil terus melihat disekeliling kampung itu, dengan harapan Menemukan Rido kekasih hatinya.
Tepat dihadapannya, Meli melihat seorang nenek bertongkat berjalan membelakanginya,
Badan Meli gemeteran, nih nenek manusia apa setan ya,duh ya Alloh lindungilah hamba, Meli memberanikan diri menyapa si nenek yang berjalan mendahuluinya.
Maaf Nek saya mau nanya, melihat seorang pemuda ga masuk sini..? saya lagi mencarinya.
Ga usah kau cari, entar juga kamu bakalan ketemu, karena setiap manusia yang masuk kesini akan menjadi warga disini untuk selamanya.
Si nenek menjawab tanpa menoleh ke arah Meli, Nenek itu berjalan terus.,
Sejenak Meli terdiam,, bermaksud mau nanya kembali si nenek, tapi si nenek sudah gak ada..loh ko ga ada...aneh ya....
Apa maksudnya si nenek tadi ya,,
Duh Rido lu kemana sih, please ketemu donk,,!!
Lu bikin gw jadi ketakutan gini tau...
Begitu lagi berjalan bagai maling yang mengendap-endap Sesaat Meli melihat anak-anak yang bermain kelereng, sama wanita yang lagi menyisik kutu dikepala teman wanita satunya lagi, dan melihat wanita agak tua lagi nyapu,.sama persis yang tadi Diki lihat.
Aneh banget, nih kan tengah malam, tapi mereka....benar-benar sulit dimengerti.
Selagi diselimuti berbagai pertanyaan dalam benaknya, tiba- tiba Meli melihat seorang anak memakan mentah daging kelinci, mulutnya berlumuran darah, Meli terus melihatnya, anak itu terdiam kemudian menoleh ke arah Meli,matanya melotot lidahnya menjulur keluar giginya bertaring, rambutnya gondrong acak-acakan, berlahan Meli mundur,, aaaaaahhhhh
Meli menjerit ketakutan lari pontang panting tanpa arah tujuan,,, sesaat terhenti sambil melihat kebelakang takutnya anak itu mengejarnya, tapi ternyata nggak,
Begitu membalikkan badan,, Nenek yang tadi, ada lagi dihadapannya.
Nek tunggu,,,Meli teriak menghampiri si nenek.
Si nenek pun berhenti,,belum juga Meli ngomong, si nenek membalikan badan menghadap Meli,,, kaget luar biasa sosok Nenek itu bermata merah menyala mukanya rusak,, cekikikan ketawa ketiwi mendekati Meli,, Meli menjerit ketakutan, dia hanya memejamkan mata,dan melipatkan tangan didadanya.
Jangan ganggu aku nek,aku ga salah apa-apa...tapppppp tangan meraba pundak Meli..
Aaaaaaaaah Meli menjerit....
Ini akuuu Mel, Rido,,
Begitu Meli membuka matanya ternyata benar Rido ada dihadapannya, Meli pun mendekapnya erat, kamu bebz?
Iya Mel, kamu kenapa kesini,? Nih tempat benar-benar angker..
aku nyusul kamu,Aku khawatir sama kamu, lagian kamu pake masuk kesini segala sih? Meli balik bertanya.
Aku gak tau Mel, awalnya aku mimpi,begitu sadar aku ada ditempat ini, aku gak tau sama sekali.,,maafkan aku membuat kamu takut.
ya sudah, kita bahas diluar yang penting Kita harus keluar dulu dari tempat ini,
nih tempat benar-benar tempat setan.
Iya Mel, yuu..
Rido pun memegang tangan Meli dan mereka beranjak pergi mencari jalan keluar.
Namun Meli seakan lupa dari arah mana tadi dia masuk.
Terus kita ke arah mana Mel,? aku masuk sini kan gak sadar, mungkin kamu lebih tau.
Aduh bebz kenapa lupa ya,,,!
Mereka pun berhenti sejenak,,
Mau kemana kalian? Tiba-tiba seseorang bertanya dari belakang., serentak Rido dan Meli membalikan badan... betapa kagetnya mereka, sosok kakek tua dengan kepala hampir putus, mukanya ancur.
Aaaaaaahhhh...Rido dan Meli teriak,,,
Siapa kamuuuu? Dengan tubuh gemetar Rido bertanya, Meli ngumpet dibelakang tubuh Rido merasakan takut yang luar biasa.
Gak usah kalian tau siapa aku, dan harus kalian tau, sampai kapan pun kalian ga akan bisa keluar dari tempat ini.,, kalian sudah menjadi warga disini...
Ayo Mel, kita pergi... Rido dan Meli pun lari.. meninggalkan sosok kakek yang menyeramkan itu,. mereka terus berjalan namun aneh serasa lama sekali mereka jalan namun seakan masih saja di tempat itu-itu saja...
Aku cape banget bebz, istirahat aja dulu yu..!
Meli berhenti napasnya ngosngosan, terengah naik turun.
Kita terjebak Mel, ga bisa keluar, padahal tempat ini ga begitu luas jika kita melihat dari luar tadi...bahkan kita tak mampu melihat adanya pagar pembatas tempat ini,,tempat ini seakan tak ada ujungnya,,,aneh yaa..
Terus kita gimana bebz, aku gak mau tinggal selamanya disini, semoga saja Diki dan Laras kembali kesini membawa orang yang mampu mengeluarkan kita.
Selagi ngobrol, mereka melihat banyak sosok orang menyeramkan, semua keluar dari pintu rumah, berjalan mendekati Rido dan Meli,
sosok tubuh tanpa kepala, muka kuda berbadan manusia, Anak kecil yang sedari tadi bermain kelereng berubah menjadi sosok anak-anak yang sangat jelek, mukanya serem semua..
Semua mata melotot melihat ke arah mereka berdua,,..
Aku takut Bebz,, !!
Tenang sayang, kita harus mengalahkan rasa takut ini, kamu harus tetap pegang erat tanganku supaya kita tetap bersama., bacalah doa, semampu yang kamu tau.
Kembali menceritakan Diki dan Laras yang baru sampai di rumah pak Kades,,
Permisi Pa,,!! Diki mengetuk pintu,,
Iya,,treeeekkkk pintu dibuka,..kalian?
Iya pa tolong teman kami pa........
Tanpa basa basi Diki langsung minta tolong.
Kenapa teman kalian?
Kedua teman kami masuk ke hutan yang dibatasi pagar Pa...
Waduhhh, Bapak kan sudah peringatkan, jangan masuk tempat itu,.
Ga tau pa, teman kami seakan ada yang menuntun masuk kesana.
Jalan satu-satunya kalian harus menemui kuncen gunung ini.
Dimana pa tempat kuncen itu?
Di ujung Desa ini, ada Rumah satu-satunya di tengah sawah pas di kaki gunung jalan yang kalian lewati tadi, namanya Pak Surya.
Iya terimakasih pa, kita segera kesana,
Ya sudah semoga berhasil,.
Mereka pun pergi buru-buru, setelah terus melihat mencari-cari, akhirnya ketemu rumah kuncen itu.
Sepi banget ya? Laras bergumam.
Jelas sepi lah, jam 3 subuh, orang belum ada yang bangun.
Tuh kayaknya Rumah kuncen itu,, ayo ,Ras,!!
Tiba di depan pintu,, Diki pun mengetuknya
lama sekali, akhirnya ada yang buka, seorang kakek tua,,
Siapa yaa?,,,,,kakek itu menyapa,
Kita pendaki gunung ki, kami mengadakan kemping di puncak,.. kami mau minta pertolongan,.
Masuk kalian, kita ngobrol didalam,..
Iya kek,,,,,mereka pun masuk ke rumahnya.
Pertolongan apa maksud kalian?
Kedua teman kami masuk ke hutan yang dipagar ki,tolong kami,?
Apaaa??...........
kalian benar-benar ceroboh,, apa kalian sudah minta izin ke warga Desa, mungkin mereka sudah ngasih wejangan sebelum kalian kesana.
Iya kek, kami sudah menemui Pak Kades, beliau pun memang sudah wanti-wanti untuk tidak masuk kesitu, tapi entah bagaimana, teman kami seperti gak sadar masuk kesana, seperti ditarik suatu kekuatan.
Sejenak si kakek termenung,,
Hanya satu yang bisa menolong mereka, namun itu sulit dilakukan, jika gagal, maka temanmu akan selamanya tinggal disana.
Apa itu kek,,,,?
sebentar, " belum juga menjawab si kakek masuk ke kamar kemudian kembali lagi,
Kalian harus membawa kambing sebagai tumbal...Dan dikalungi kalung ini, si kakek sambil memberikan sebuah kalung.
Tapi ingat waktu kalian gak banyak, kalian hanya ada waktu sebelum matahati terbit,
Jika matahari terbit kalian belum bisa melakukan maka mereka takan bisa keluar.
Segera lah kalian pergi sebelum terlambat,.!
Iya ke kami akan berusaha..kami pamit dulu kek, terimakasih sudah membantu.
Iya sama-sama, semoga kalian berhasil...
Diki dan Laras pun menyisir Desa mencari kandang kambing,,
Sambil terus melihat jam tangannya, Diki berjalan lirik sini lirik sana.
Duh kita akan berhasil menyelamatkan mereka gak ya? Laras bertanya.
Ga tau Ras, ini sudah hampir jam 5 pagi,, kita belum dapat juga kambingnya,.
Alhamdulillah tuh kayaknya kandang kambing Dik,,,Laras menunjuk sebuah kandang didepan pekarangan Rumah warga,.
Iya Ras, kita coba kesana,
Setelah benar-benar yakin itu kandang kambing, Diki dan Laras pun menghampiri rumah yang dikira pemiliknya,,
Permisi,tok tok tok, pintu rumah pun diketuknya, lalu tak lama kemudian ada yang membuka,,,
Aden yang tadi siang ketemu ya? Ada apa?
Mamang, yang tadi? Diki balik nanya.
Iya mang, kami mau minta tolong, ternyata teman kami memasuki hutan itu mang, mereka ada disana, gak bisa keluar, kami telah menemui bapak kuncen, katanya jalan satu-satunya harus dikasi tumbal kambing mang..
Apaaa?,, ko bisa kesana sih kan mamang udah bilang jangan, bahaya...
Iya mang, memang kami ceroboh, panjang ceritanya mang, maaf kami buru-buru, tolong mamang bantu kami, kami butuh kambing,.
Itu kambing milik mamang kan? Telunjuk Diki mengarah ke kandang kambing dan bertanya.
Tapi mamang ga punya kambing lagi, hanya itu tabungan mamang Den,,,!
Mamang tenang aja saya akan membeli kambing mamang 3x lipat mang, mamang tunggu aja di rumah Pak Kades, mobil saya disana mang,tunggu saya kembali, entar saya bayar, gimana mang??
Ya udah den, bawa aja, semoga ada hasilnya,....
Ya mang makasih ya, maaf kami buru-buru mang.
Iya den, silakan bawa....
Akhirnya mereka pun mengeluarkan kambing dari kandangnya,dan terburu-buru membawa ke hutan itu,..
Lama diperjalanan, rasa cape yang mereka rasakan tak menghalangi semangat mereka untuk menolong Meli dan Rido..
Duh Ras, hampir jam 6 pagi kita masih disini, cepet Ras,,,, !
Sambil menarik kambing, Diki dan Laras, terus berlari,,, Laras benar-benar merasakan cape luar biasa, karena naik setengah lari ditanjakan terus-menerus.
Aku cape Dik, aku ga kuat...
Ayo sayang kasian Meli dan Rido, kita meski selamatkan mereka, mereka teman baik kita.
Iya Dik, aku tau... tapi tenagaku habis,
Seraya berhenti Laras terengah napasnya ngos-ngosan.
Ya udah kamu jalan pelan saja, ikuti aku dari belakang, biar aku jalan agak cepat, setelah sampai sana kamu tunggu aku di tenda, beresin semua barang kita, entar aku kesana, doakan saja bisa bawa Meli dan Rido.
Ya udah ga apa-apa aku sendiri saja,, ntar aku tunggu di tenda,.
Jaga dirimu baik-baik ya,,,
Iya sayang, semoga berhasil..
Akhirnya Diki meninggalkan Laras yang berjalan pelan, kecapean luar biasa...
Tepat jam 6 pagi,, Diki baru sampai di depan pagar hutan itu, kemudian Diki memasangkan kalung dari Kakek kuncen itu dileher kambing, lalu menggiringnya masuk ke pintu pagar.
Kambing itu pun masuk,,
Dengan harap-harap cemas Diki menunggu, hasilnya..
Didalam hutan terlihat Rido lagi memeluk Meli yang pingsan, lagi dikelilingi mahluk-mahluk aneh,,,
Tubuh Rido menggigil, merasakan takut luar biasa, dia tak bisa lari meninggalkan Meli yang sedari tadi pingsan karena takut.
terlihat wanita aneh, lidah nya menjulur panjang, matanya hampir keluar,, rambutnya tak teratur, mukanya rusak, maju mendekati Rido,, ketawa cekakak cekikik..
Kalian akan mati pelan-pelan,, jasadmu akan busuk disini, dan ruh kalian akan menemani kami disini untuk selamanya.
Wanita itu berkata cempreng ga jelas sambil tertawa.
Rido tak bisa berkata, rasa takut luar biasa.
.tiba-tiba datang seorang kakek yang kepalanya hampir putus dan bermuka ancur,
Menghampiri Rido membawa daun yang ditekuk berisi darah.
Minumlah...
Gaak... ga mau,,, itu darah, pergi kalian jangan ganggu kita.
Kakek itu tertawa,,, memecahkan suasana.
Pegang dia, aku akan paksa dia minum ini," kemudian puluhan mahluk aneh itu mendekat dan semakin dekat,,,
Rido teriak ketakutan,,,,ahhhhhhhhhhhhh
Terlihat mereka berempat lagi sibuk memasukan barang bawaan ke dalam bagasi mobil, sesaat setelah beres mengepak semua barang, akhirnya mobil melaju kencang membawa keempat muda mudi itu.
Tiba disuatu Desa di kaki Gunung, mobil pun berhenti, di Desa itu memang agak sepi mereka rencananya mau bertemu Kepala Desa untuk menitipkan mobilnya,.Karena mobil gak mungkin bisa dibawa naik gunung dan jalan mobilnya pun cuman sampe Desa itu.
Sesaat mereka pada diam sambil melihat -Lihat suasana Desa yang tertata rapih, rumah kayu yang saling berhadapan memakai dinding anyaman kulit bambu yang unik,dipinggir jalan yang terjal berliku naik turun, dan dibelakang kampung terlihat hamparan sawah nan luas menyusun kebawah pematang sawah ditebing berbukit, menambah kesejukan panorama alam., sesekali terdengar suara hewan dan binatang peliharaan saling bersahutan.
Selagi merasakan suasana desa, terlihat ada seorang petani lewat.
Maaf pa saya mau nanya kalau rumah pa Kades dimana ya pa? Diki bertanya.
Oh... tuh den yang pagarnya warna biru, memangnya aden mau ngapain? petani itu menjawab dan balik bertanya.
Ini mang kami mau menitipkan mobil kami disini, dan kami mau naik ke puncak gunung mang, mau kemping.
Ohh...gitu, o iya Den.. hati-hati ya kalau kesana, ada hutan yang dipagar, aden jangan coba masuk ke hutan yang dipagar itu. Kalau mau kemping mah diluar pagar saja Den, kalau bisa agak jauh dari hutan itu, kan masih banyak tempat yang lain yang bagus.
Memang kenapa mang, apa puncak gunung ini angker ya mang? Meli yang sedari tadi mendengar pun bertanya.
Gak juga neng, yaaa hanya hutan itu aja neng, hutannya gak luas cuman sengaja dipagar sama bapa kuncen gunung Papandayan, dan ada larangan masuk kesitu, mamang ga tau jelas,apa sebabnya neng, tapi yang pasti semua warga disini harus bilang ke setiap orang asing yang mendaki atau berkemping, supaya mematuhi larangannya.
Oh gitu ya mang,,!!,,
Iya,, kalau gitu mamang permisi Den, mau pulang...
Iya mang trimakasih ya,sudah mengingatkan..Diki menganggukan kepala sambil mengerutkan alisnya.
Mereka berempat saling bertatapan.
Gimana nih Dik, apa kita naik aja atau pulang lagi ke Jakarta, masa iya kita pulang lagi, lagian tuh si mamang nakut-nakutin kita aja..
Rido menggrutu heran.
Yaaa kita jadi kemping disana dong..! asalkan kita nurutin apa kata si mamang tadi, kan si mamang juga ga melarang kemping disana, si mamang hanya bilang jangan memasuki hutan yang dipagar, udah lah jangan pada parno kalian, mending sekarang kita temui dulu pa kades, kita nitipin mobil sambil kita bahas kata si mamang tadi.
Ya sudah kalau begitu, gimana baiknya aja.
Rido , Meli dan Laras pun pada menganggukan kepala.
Setelah Sampai di rumah Pa Kades, mereka pun mencoba mengetuk pintu.,ternyata Pa kades sendiri yang buka pintu.
Maaf apa benar ini rumah Pak Kades?..dengan nada sopan Diki bertanya.
Iya saya sendiri,ayo silakan masuk, kita bicara didalam aja .!
dengan ramah sekali Pak Kades mempersilakan mereka masuk.
Ada apa ya, kalian darimana?
kami dari Jakarta Pa, datang kesini mau kemping ke puncak gunung, kalau ga keberatan kami mau nitip mobil kami disini.
Oh tidak bisa,,,,!!!!
tidak bisa didalam rumah maksudnya,he he he.silakan saja pekarangan rumah saya luas ko, kayaknya untuk empat mobil juga masuk.. seraya becanda pak Kades mengizinkan.
He he iya pa, terimakasih sebelumnya Pa, kami cuman bawa satu mobil ko, pa.
Emangnya kalian cuman berempat?, apa yakin kalian ga takut kemping empat orang?
Gak Pa, kami sudah terbiasa ko...!!!
ohh gitu..o,, iya satu lagi, disana kalian jangan mencoba masuk hutan yang dipagar, entah apa alasannya yang pasti itu demi keselamatan kalian, kalau mau kemping lebih baik agak jauh dari hutan itu.
Iya Pa kami sudah tau dari bapak tani yang lewat tadi.
Ohh gitu,, ya sudah selamat mendaki aja, semoga kalian selamat sampai tujuan dan kembali lagi.
Akhirnya mereka pun berpamitan berangkat menuju puncak gunung.
Langkah demi langkah, terayun naik melewati bukit-bukit kecil, mendaki tangga alam bebatuan terjal nan curam, sesekali mereka menghela napas berhenti sejenak dan melanjutkan kembali..
Setelah lama diperjalanan akhirnya mereka pun sampai ke puncak Gunung Papandayan.
Rasa lega terlihat diwajah mereka..
Sepertinya tempat ini cocok buat kita mendirikan tenda, hanya tempat inilah yang dekat dengan air, kata Laras sambil melihat aliran air yang mengalir dari bebatuan...
Tak jauh dari tempat mereka terlihat hutan yang dikelilingi pagar.
Dik, mungkin hutan itu yang pak kades maksud,!!! Rido bicara sambil matanya melihat ke arah hutan itu.
Iya Do, padahal hutannya gak ada yang aneh ya,, masih sama ko sama hutan yang lain,
Bener Dik, mungkin warga Desa aja yang penakut, ya mungkin hutan itu ada ular atau hewan buas kale, makanya dipagar.
Hussss lu sok tau, diam lu,,,!!! disini lu jangan asal bicara.
Iya-iya, tapi Dik, apa ga terlalu dekat dengan hutan itu jika kita mendirikan tenda disini?
ga apa-apa kayaknya, soalnya kita masih berada diluar pagar hutan itu, lagian jarak kita kan masih jauh ke hutan sanah..Diki meyakinkan Rido.
Wooooy ko pada ngobrol, cepet dong bikin tenda, hari udah mulai sore nih,,,!!! Laras dan Meli teriak-teriak.
Iya-iya, sambil berpaling dari hutan yang sedari tadi dilihat Diki dan Rido menoleh ke arah Meli dan Laras.
Karena memang mentari sudah mulai surut menuju sore, akhirnya mereka pun, berbenah membuat tenda, setelah selesai kemudian mereka mengumpulkan kayu bakar.,,
Meli dan laras membuka perbekalan makanan dari tas dan membagikannya.
begitu menjelang malam, api unggun pun dinyalakan, mereka berpasangan duduk didepan kobaran api, Diki yang memainkan gitar, terus bernyanyi memecahkan keheningan malam., tawa canda seru-seruan ejekan dan banyolan terlontar dari keempat insan yang sedang bersuka cita.
Sesaat sudut mata Diki, menoleh ke arah hutan yang tadi siang dipagar..
Ko,,,, itu ,,,itu,,,kan? telunjuk jari Diki menunjuk ke arah hutan itu, tanpa berkata apa maksudnya.
Lalu Rido, Laras dan Meli melihat apa yang Diki tunjuk....
Sungguh sangat kaget luar biasa, dihutan yang didalam pagar itu terlihat banyak Rumah, seperti suatu perkampungan, nyala listrik menerangi setiap rumah seperti benar-benar ada penghuninya.
Mereka berempat pun mengerutkan kening.
Tiba-tiba Rido bicara" itu memang perkampungan, mungkin tadi siang kita hanya melihat pohon-pohon besar tanpa melihat kebawahnya, sekarang terlihat yaa karena adanya lampu listrik yang nyala...bener ga?
Iya sih, tapi kita harus ingat sama ucapan Pa kades dan petani tadi."Diki menjawab sambil melirik ke arah Rido.
Sudahlah jangan terlalu dipikirin, lagian tuh kampung emang seharusnya dipagar, kalau ga dipagar entar ada kecoa masuk terus lari-lari dan terbang, treeek nempel dikening,,,ihhh takuttt...,, Meli nimbrung omongannya ga jelas penuh candaan.
Lu,,, Meli, serius dong,, kita berhadapan sama gaib tau,,,!!!
Laras yang pendiam sedikit membentak Meli...
Lagian kalian yang dibahas itu-itu mulu, kita kesini kan mau seneng-seneng, bukan mau uji nyali..."Meli cemberut manja.
O,,,ya, Mel anter aku yu,,!! aku gerah nih pengen mandi, aku ga bakalan bisa tidur kalau belum mandi.
Aku mandi dulu ya,? laras mengalihkan pembicaraan.
Ya udah yuu... aku juga mau mandi ahh.
Meli dan Laras pun beranjak menuju aliran air yang lumayan deras,,.kemudian mereka mandi.
Diki dan Rido masih tertegun, sesekali mata mereka melihat ke arah kampung itu.
Dik, lu berani ga mendekati kampung itu,kita lihat dibalik pagar aja mencari tau, tuh kampung beneran atau hutan?
Saraf lu, ga ahh,,, Diki memalingkan wajahnya.
Kenapa lu takut?,,, lagian kita kan ga masuk pagar, kita kesini kan mau mencari yang baru,
jarang-jarang loh ada kesempatan buat kita tau kenapa dilarang keras masuk kesitu.
Gak ah, lagian lu jangan bermain main dengan hal yang kayak gini Do,,,!!
bukannya gw takut, tapi gw hanya ingin mematuhi peraturan yang berlaku.
Alah bilang aja lu takut, gw penasaran Dik, kalau lu takut biar gw pergi sendiri aja ah,. Gw yakin bahwa tuh memang benar rumah penduduk disini, gak ada angker-angkernya tau, lu nya aja yang terlalu mendramatisir keadaan.
Lu jangan terlalu kepo Do, nih bukan Jakarta tau, nih hutan ingat lu,,,,!!!
justru di Jakarta gak ada yang kayak gini Dik, makanya gw pengen cari tau.
Cape ya ngomong sama lu, ga ada habisnya, terserah lu ah mau gimana juga." Diki jadi merasa kesal dengan Rido, yang terus bersih keras ingin melihat ke perkampungan itu.
idih malah naik darah, biasa aja dong.!! Lagian aku cuman becanda aku juga sama takut kale....
terserah lu ah,,, ya udah gw mau mandi dulu, nyusul cewek gw.."..Diki pun beranjak pergi.
Tunggu gw ikuttt...Rido pun ikut berdiri dan lari mengejar Diki yang menghiraukannya.
Setelah mereka semua pada mandi, kemudian mereka kembali berkumpul di hadapan api unggun yang masih nyala.
Kita masak dulu yu, nyiapin makan malam,!!!, Meli sambil melihat Laras.
Ayo,,, Laras menganggukan kepala......
Akhirnya,,, Mereka pun masak makanan yang mereka bawa,, membakar ayam kampung, bakar ikan, sambal saus pedas serta makanan lainnya yang mereka bawa..
Setelah pada mateng dan siap santap mereka pun makan bersama.
Ko sudah makan malah ngantuk ya!! Rido menguap...Tidur ahh.. Rido beranjak menuju tenda meninggalkan ketiga temannya.
Huh dasar SMK lu,,,! sudah makan kabur...
Diki menggrutu sambil matanya melihat Rido yang berjalan tanpa komen.
Ya udah Mel, kalau lu ngantuk tidur aja sama Laras, kalau ada apa-apa teriak aja ya, aku di tenda sebelah sama Rido.,
Ya udah Mel, yu tidur ah cape banget nih badan,,!! ""Laras mengajak meli yang lagi asik mainin kayu yang terbakar.
Yuu... Meli pun berdiri
O,,,ya Dik, lu tidur juga dong,, ga takut lu sendirian diluar, Laras menatap Diki.
Iya bentar lagi belum ngantuk, ...
Ya udah aku tidur duluan ya, met malem honey,,, see you....jangan malaem malem tidurnya ya,,.!! Laras dan Meli pun beranjak menuju tendanya, meninggalkan Diki yang masih mainin asap rokok yang mengepul dibibirnya.
Sesekali mata Diki melihat ke arah kampung itu, dalam pikirannya benar-benar yakin kalau tadi siang dia melihat sangat jelas sekali bahwa kampung itu hutan.
Selagi dia duduk tiba-tiba bagian kuduknya ada yang tiup,,, puussssss.....
Serentak Diki memegang kuduknya dan menoleh ke belakang,..
Apa yaa,,? ,Tapi ga ada siapa-siapa,ko kayak ada tiupan angin ya......
Pandangannya kembali tertuju ke kampung itu,keningnya sedikit mengerut disaat dia melihat anak-anak yang lagi pada bermain, terlihat dari kejauhan seperti bermain kelereng.
Ko bisa ya, bermain kelereng jam segini, ini kan hampir jam 12...aneh ,,,kenapa orang tuanya membiarkannya ya.
Berlahan Diki berdiri dan tak melepas pandangannya, entah ada tarikan apa sehingga dia seakan terhipnotis ingin melihat lebih dekat, langkah demi langkah terayun pelan, sedikit demi sedikit mendekati pagar yang mengelilingi kampung itu,.
Hingga sampai di balik pagar, pandangannya pun terus memperhatikan anak-anak itu, tiba-tiba terlihat di salah satu rumah, wanita lagi asik menyisik kutu dikepala teman wanita yang satunya lagi, kayak ibu-ibu kampung yang lagi ngerumpi di siang hari, duduk didepan rumah.
Asstagfirullohaladzim, ko bisa ya,!!! Diki merasa heran, kenapa tengah malam dikampung ini kayak waktu disiang hari.
Kemudian dia dikagetkan dengan penglihatannya lagi, dia melihat seorang kakek tua lagi mengeluarkan kambing dan menggiringnya seakan mau pergi mengembala.., selagi keheranan tepat dihadapannya terlihat seorang ibu-ibu lagi menyapu halaman rumah dengan sapu lidi..
Sesaat ibu itu berhenti menyapu, dia terdiam rupanya si ibu itu merasakan kehadiran seseorang yang memperhatikannya,, serentak ibu-ibu itu menoleh ke arah Diki.
Diki merasa kaget luar biasa, muka ibu itu pucat pasi, matanya melotot tajam..
Diki pun mundur beberapa langkah menjauhi pagar, kemudian membalikan badan dan lari ke arah tenda.
Begitu masuk ke dalam tenda dia tak melihat Rido.
Napasnya masih terengah naik turun.
Loh ko Rido kemana?
kemudian dia keluar dan masuk ke tenda Laras dan Meli.
Mel, Ras, Rido ga ada kemana ya?
emuah aku ngantuk ahhh..Mel serius Rido ga ada, Ras bangun sayang, ada yang gak beres.
Emangnya Rido kemana, Meli dan Laras pun terbangun, coba kita keluar.
Mereka bertiga pun keluar mencari Rido,,,..
Teriak-teriak memanggil nama Rido...
Sayang kamu kemana sih ko ga bilang-bilang..,Meli pun nangis-nangis.
Aku curiga Rido masuk ke kampung itu, sambil melihat Meli dan Laras Diki berbicara.
Kenapa kamu yakin,,? Meli bertanya,..
Ga begitu yakin juga sih, aku cuman curiga,masalahnya Aku juga yang tak ingin tau seakan ada yang hipnotis, menarik aku untuk menuju kesana, apalagi Rido, sebenarnya sedari tadi kalian mandi dia mengajak aku melihat ke balik pagar kampung itu, dia ingin tau keadaan kampung itu, tapi aku menolaknya.
Ko dia nekat sih, Dik,,? kan sudah tau ada Larangan masuk kesana, masih mau tau aja kepo amat sih bebebz,.. Meli nangis lagi.
ya udah yuu, kita lihat kesana mungpung belum lama, kita jangan membuang waktu.
Akhirnya mereka bertiga berjalan setengah lari ke arah pagar kampung itu, sesampainya disana, Mata Meli, Laras dan Diki terbelalak memang benar Rido lagi berjalan menuju pintu pagar itu,, namun anehnya Mata Rido terpejam kepalanya sedikit miring,, Seakan masih tertidur lelap.
Ridoooo berhenti jangan masuk, lu sadar Do....!!!!
Namun sayang sekali Diki tak mampu menahan Rido yang membuka pagar itu dan masuk.
Bebbbbb jangan ,,,berbahaya tau,,, Meli teriak napasnya terengah kecapean lari mengejar Rido, Namun mereka bertiga terhenti di depan pintu pagar,karena Rido terlanjur masuk...
Dik, gimana nih? aku gak mau terjadi apa-apa sama Rido,,, Meli bertanya cemas.
Tenang Mel,,siapa tau aja Rido keluar lagi, kita tunggu disini.
Mereka bertiga pun duduk di depan pintu pagar, sudah 1 jam berlalu Rido pun tak kunjung keluar.
Meli berdiri berjalan mondar mandir sambil menggerutu cemas" aku ga mungkin diam kayak gini Dik, aku ga bisa terima jika terjadi apa-apa sama Rido, aku akan melakukan apa pun buat dia, sudah satu jam lewat Rido ga balik, kalau begini mau ga mau aku harus masuk.
Mel, mel.. lu harus tenang,"Diki berdiri dan menghalangi Meli yang hampir saja lari masuk pintu pagar, kalau lu cemas sama kita juga cemas, walau bagaimana pun, Rido teman baikku juga, kamu harus tenang, kita akan cari pertolongan ke warga Desa.
Kapan Dik? lama tau, dari sini ke Desa kan jauh,...
Iya Mel, tapi kalau lu masuk juga belum tentu lu bisa menolong Rido., ingat Mel, yang kita hadapi adalah hal gaib., hanya orang yang bikin pagar ini yang tau harus bagaimana., percayalah sama aku.
Serentak Meli mendorong Diki" hingga Diki terjatuh, gaak aku harus masuk, apapun yang terjadi aku gak perduli, kalau lu mau cari pertolongan pergi aja, itu juga kalau lu perduli sama aku dan Rido" Meli lari dan masuk ke pintu pagar yang masih terbuka.
Meeeliiii...... Laras teriak, luuu jangan nekat Mel,,, Laras nangis,sambil tangannya membangunkan Diki yang terjatuh.
Kenapa jadi kaya gini Dik,,,??aku takut mereka kenapa napa.
Kamu harus tenang Ras, sebaiknya kita segera cari pertolongan warga desa, kita akan temui Kuncen yang membuat pagar ini...ayo Ras, kita pergi..tangan Diki pun memegang erat tangan Laras,lari terburu-buru, kembali ke tenda membawa lampu senter,,dan mereka pun langsung turun gunung menuju Desa.
Malam yang tidak begitu gelap, rembulan sedikit memberikan cahayanya, hingga membuat mata Meli mampu sedikit melihat keadaan disekitarnya.
Meli yang baru saja memasuki kampung itu,mencoba menenangkan pikirannya, berlahan berjalan, sambil terus melihat disekeliling kampung itu, dengan harapan Menemukan Rido kekasih hatinya.
Tepat dihadapannya, Meli melihat seorang nenek bertongkat berjalan membelakanginya,
Badan Meli gemeteran, nih nenek manusia apa setan ya,duh ya Alloh lindungilah hamba, Meli memberanikan diri menyapa si nenek yang berjalan mendahuluinya.
Maaf Nek saya mau nanya, melihat seorang pemuda ga masuk sini..? saya lagi mencarinya.
Ga usah kau cari, entar juga kamu bakalan ketemu, karena setiap manusia yang masuk kesini akan menjadi warga disini untuk selamanya.
Si nenek menjawab tanpa menoleh ke arah Meli, Nenek itu berjalan terus.,
Sejenak Meli terdiam,, bermaksud mau nanya kembali si nenek, tapi si nenek sudah gak ada..loh ko ga ada...aneh ya....
Apa maksudnya si nenek tadi ya,,
Duh Rido lu kemana sih, please ketemu donk,,!!
Lu bikin gw jadi ketakutan gini tau...
Begitu lagi berjalan bagai maling yang mengendap-endap Sesaat Meli melihat anak-anak yang bermain kelereng, sama wanita yang lagi menyisik kutu dikepala teman wanita satunya lagi, dan melihat wanita agak tua lagi nyapu,.sama persis yang tadi Diki lihat.
Aneh banget, nih kan tengah malam, tapi mereka....benar-benar sulit dimengerti.
Selagi diselimuti berbagai pertanyaan dalam benaknya, tiba- tiba Meli melihat seorang anak memakan mentah daging kelinci, mulutnya berlumuran darah, Meli terus melihatnya, anak itu terdiam kemudian menoleh ke arah Meli,matanya melotot lidahnya menjulur keluar giginya bertaring, rambutnya gondrong acak-acakan, berlahan Meli mundur,, aaaaaahhhhh
Meli menjerit ketakutan lari pontang panting tanpa arah tujuan,,, sesaat terhenti sambil melihat kebelakang takutnya anak itu mengejarnya, tapi ternyata nggak,
Begitu membalikkan badan,, Nenek yang tadi, ada lagi dihadapannya.
Nek tunggu,,,Meli teriak menghampiri si nenek.
Si nenek pun berhenti,,belum juga Meli ngomong, si nenek membalikan badan menghadap Meli,,, kaget luar biasa sosok Nenek itu bermata merah menyala mukanya rusak,, cekikikan ketawa ketiwi mendekati Meli,, Meli menjerit ketakutan, dia hanya memejamkan mata,dan melipatkan tangan didadanya.
Jangan ganggu aku nek,aku ga salah apa-apa...tapppppp tangan meraba pundak Meli..
Aaaaaaaaah Meli menjerit....
Ini akuuu Mel, Rido,,
Begitu Meli membuka matanya ternyata benar Rido ada dihadapannya, Meli pun mendekapnya erat, kamu bebz?
Iya Mel, kamu kenapa kesini,? Nih tempat benar-benar angker..
aku nyusul kamu,Aku khawatir sama kamu, lagian kamu pake masuk kesini segala sih? Meli balik bertanya.
Aku gak tau Mel, awalnya aku mimpi,begitu sadar aku ada ditempat ini, aku gak tau sama sekali.,,maafkan aku membuat kamu takut.
ya sudah, kita bahas diluar yang penting Kita harus keluar dulu dari tempat ini,
nih tempat benar-benar tempat setan.
Iya Mel, yuu..
Rido pun memegang tangan Meli dan mereka beranjak pergi mencari jalan keluar.
Namun Meli seakan lupa dari arah mana tadi dia masuk.
Terus kita ke arah mana Mel,? aku masuk sini kan gak sadar, mungkin kamu lebih tau.
Aduh bebz kenapa lupa ya,,,!
Mereka pun berhenti sejenak,,
Mau kemana kalian? Tiba-tiba seseorang bertanya dari belakang., serentak Rido dan Meli membalikan badan... betapa kagetnya mereka, sosok kakek tua dengan kepala hampir putus, mukanya ancur.
Aaaaaaahhhh...Rido dan Meli teriak,,,
Siapa kamuuuu? Dengan tubuh gemetar Rido bertanya, Meli ngumpet dibelakang tubuh Rido merasakan takut yang luar biasa.
Gak usah kalian tau siapa aku, dan harus kalian tau, sampai kapan pun kalian ga akan bisa keluar dari tempat ini.,, kalian sudah menjadi warga disini...
Ayo Mel, kita pergi... Rido dan Meli pun lari.. meninggalkan sosok kakek yang menyeramkan itu,. mereka terus berjalan namun aneh serasa lama sekali mereka jalan namun seakan masih saja di tempat itu-itu saja...
Aku cape banget bebz, istirahat aja dulu yu..!
Meli berhenti napasnya ngosngosan, terengah naik turun.
Kita terjebak Mel, ga bisa keluar, padahal tempat ini ga begitu luas jika kita melihat dari luar tadi...bahkan kita tak mampu melihat adanya pagar pembatas tempat ini,,tempat ini seakan tak ada ujungnya,,,aneh yaa..
Terus kita gimana bebz, aku gak mau tinggal selamanya disini, semoga saja Diki dan Laras kembali kesini membawa orang yang mampu mengeluarkan kita.
Selagi ngobrol, mereka melihat banyak sosok orang menyeramkan, semua keluar dari pintu rumah, berjalan mendekati Rido dan Meli,
sosok tubuh tanpa kepala, muka kuda berbadan manusia, Anak kecil yang sedari tadi bermain kelereng berubah menjadi sosok anak-anak yang sangat jelek, mukanya serem semua..
Semua mata melotot melihat ke arah mereka berdua,,..
Aku takut Bebz,, !!
Tenang sayang, kita harus mengalahkan rasa takut ini, kamu harus tetap pegang erat tanganku supaya kita tetap bersama., bacalah doa, semampu yang kamu tau.
Kembali menceritakan Diki dan Laras yang baru sampai di rumah pak Kades,,
Permisi Pa,,!! Diki mengetuk pintu,,
Iya,,treeeekkkk pintu dibuka,..kalian?
Iya pa tolong teman kami pa........
Tanpa basa basi Diki langsung minta tolong.
Kenapa teman kalian?
Kedua teman kami masuk ke hutan yang dibatasi pagar Pa...
Waduhhh, Bapak kan sudah peringatkan, jangan masuk tempat itu,.
Ga tau pa, teman kami seakan ada yang menuntun masuk kesana.
Jalan satu-satunya kalian harus menemui kuncen gunung ini.
Dimana pa tempat kuncen itu?
Di ujung Desa ini, ada Rumah satu-satunya di tengah sawah pas di kaki gunung jalan yang kalian lewati tadi, namanya Pak Surya.
Iya terimakasih pa, kita segera kesana,
Ya sudah semoga berhasil,.
Mereka pun pergi buru-buru, setelah terus melihat mencari-cari, akhirnya ketemu rumah kuncen itu.
Sepi banget ya? Laras bergumam.
Jelas sepi lah, jam 3 subuh, orang belum ada yang bangun.
Tuh kayaknya Rumah kuncen itu,, ayo ,Ras,!!
Tiba di depan pintu,, Diki pun mengetuknya
lama sekali, akhirnya ada yang buka, seorang kakek tua,,
Siapa yaa?,,,,,kakek itu menyapa,
Kita pendaki gunung ki, kami mengadakan kemping di puncak,.. kami mau minta pertolongan,.
Masuk kalian, kita ngobrol didalam,..
Iya kek,,,,,mereka pun masuk ke rumahnya.
Pertolongan apa maksud kalian?
Kedua teman kami masuk ke hutan yang dipagar ki,tolong kami,?
Apaaa??...........
kalian benar-benar ceroboh,, apa kalian sudah minta izin ke warga Desa, mungkin mereka sudah ngasih wejangan sebelum kalian kesana.
Iya kek, kami sudah menemui Pak Kades, beliau pun memang sudah wanti-wanti untuk tidak masuk kesitu, tapi entah bagaimana, teman kami seperti gak sadar masuk kesana, seperti ditarik suatu kekuatan.
Sejenak si kakek termenung,,
Hanya satu yang bisa menolong mereka, namun itu sulit dilakukan, jika gagal, maka temanmu akan selamanya tinggal disana.
Apa itu kek,,,,?
sebentar, " belum juga menjawab si kakek masuk ke kamar kemudian kembali lagi,
Kalian harus membawa kambing sebagai tumbal...Dan dikalungi kalung ini, si kakek sambil memberikan sebuah kalung.
Tapi ingat waktu kalian gak banyak, kalian hanya ada waktu sebelum matahati terbit,
Jika matahari terbit kalian belum bisa melakukan maka mereka takan bisa keluar.
Segera lah kalian pergi sebelum terlambat,.!
Iya ke kami akan berusaha..kami pamit dulu kek, terimakasih sudah membantu.
Iya sama-sama, semoga kalian berhasil...
Diki dan Laras pun menyisir Desa mencari kandang kambing,,
Sambil terus melihat jam tangannya, Diki berjalan lirik sini lirik sana.
Duh kita akan berhasil menyelamatkan mereka gak ya? Laras bertanya.
Ga tau Ras, ini sudah hampir jam 5 pagi,, kita belum dapat juga kambingnya,.
Alhamdulillah tuh kayaknya kandang kambing Dik,,,Laras menunjuk sebuah kandang didepan pekarangan Rumah warga,.
Iya Ras, kita coba kesana,
Setelah benar-benar yakin itu kandang kambing, Diki dan Laras pun menghampiri rumah yang dikira pemiliknya,,
Permisi,tok tok tok, pintu rumah pun diketuknya, lalu tak lama kemudian ada yang membuka,,,
Aden yang tadi siang ketemu ya? Ada apa?
Mamang, yang tadi? Diki balik nanya.
Iya mang, kami mau minta tolong, ternyata teman kami memasuki hutan itu mang, mereka ada disana, gak bisa keluar, kami telah menemui bapak kuncen, katanya jalan satu-satunya harus dikasi tumbal kambing mang..
Apaaa?,, ko bisa kesana sih kan mamang udah bilang jangan, bahaya...
Iya mang, memang kami ceroboh, panjang ceritanya mang, maaf kami buru-buru, tolong mamang bantu kami, kami butuh kambing,.
Itu kambing milik mamang kan? Telunjuk Diki mengarah ke kandang kambing dan bertanya.
Tapi mamang ga punya kambing lagi, hanya itu tabungan mamang Den,,,!
Mamang tenang aja saya akan membeli kambing mamang 3x lipat mang, mamang tunggu aja di rumah Pak Kades, mobil saya disana mang,tunggu saya kembali, entar saya bayar, gimana mang??
Ya udah den, bawa aja, semoga ada hasilnya,....
Ya mang makasih ya, maaf kami buru-buru mang.
Iya den, silakan bawa....
Akhirnya mereka pun mengeluarkan kambing dari kandangnya,dan terburu-buru membawa ke hutan itu,..
Lama diperjalanan, rasa cape yang mereka rasakan tak menghalangi semangat mereka untuk menolong Meli dan Rido..
Duh Ras, hampir jam 6 pagi kita masih disini, cepet Ras,,,, !
Sambil menarik kambing, Diki dan Laras, terus berlari,,, Laras benar-benar merasakan cape luar biasa, karena naik setengah lari ditanjakan terus-menerus.
Aku cape Dik, aku ga kuat...
Ayo sayang kasian Meli dan Rido, kita meski selamatkan mereka, mereka teman baik kita.
Iya Dik, aku tau... tapi tenagaku habis,
Seraya berhenti Laras terengah napasnya ngos-ngosan.
Ya udah kamu jalan pelan saja, ikuti aku dari belakang, biar aku jalan agak cepat, setelah sampai sana kamu tunggu aku di tenda, beresin semua barang kita, entar aku kesana, doakan saja bisa bawa Meli dan Rido.
Ya udah ga apa-apa aku sendiri saja,, ntar aku tunggu di tenda,.
Jaga dirimu baik-baik ya,,,
Iya sayang, semoga berhasil..
Akhirnya Diki meninggalkan Laras yang berjalan pelan, kecapean luar biasa...
Tepat jam 6 pagi,, Diki baru sampai di depan pagar hutan itu, kemudian Diki memasangkan kalung dari Kakek kuncen itu dileher kambing, lalu menggiringnya masuk ke pintu pagar.
Kambing itu pun masuk,,
Dengan harap-harap cemas Diki menunggu, hasilnya..
Didalam hutan terlihat Rido lagi memeluk Meli yang pingsan, lagi dikelilingi mahluk-mahluk aneh,,,
Tubuh Rido menggigil, merasakan takut luar biasa, dia tak bisa lari meninggalkan Meli yang sedari tadi pingsan karena takut.
terlihat wanita aneh, lidah nya menjulur panjang, matanya hampir keluar,, rambutnya tak teratur, mukanya rusak, maju mendekati Rido,, ketawa cekakak cekikik..
Kalian akan mati pelan-pelan,, jasadmu akan busuk disini, dan ruh kalian akan menemani kami disini untuk selamanya.
Wanita itu berkata cempreng ga jelas sambil tertawa.
Rido tak bisa berkata, rasa takut luar biasa.
.tiba-tiba datang seorang kakek yang kepalanya hampir putus dan bermuka ancur,
Menghampiri Rido membawa daun yang ditekuk berisi darah.
Minumlah...
Gaak... ga mau,,, itu darah, pergi kalian jangan ganggu kita.
Kakek itu tertawa,,, memecahkan suasana.
Pegang dia, aku akan paksa dia minum ini," kemudian puluhan mahluk aneh itu mendekat dan semakin dekat,,,
Rido teriak ketakutan,,,,ahhhhhhhhhhhhh
Berhenti kalian........
Tiba-tiba ada yang teriak dari belakang mahluk-mahluk itu.
Semua menoleh termasuk Rido, ternyata yang teriak manusia berkepala kambing, kalian jangan ganggu kedua manusia itu, mereka temanku, biarkan mereka berdua keluar dari sini, dan aku akan menggantinya dengan kambing.
Sesaat semua berhenti,,,tak lama setelah itu semua mahluk yang aneh mendekati manusia berkepala kambing itu.
Pergi dulu kalian, aku akan kembali setelah kedua manusia ini keluar, aku janji.
Sekejap semua mahluk itu hilang,,,,
Lalu manusia berkepala kambing itu mendekati Rido.
Kamu jangan takut, aku akan menolongmu..
Siapa kau? Rido malah bertanya.
Aku datang karena temanmu yang minta,
Sejenak Rido teringat Diki dan Laras,.
Meli yang pingsan, pipinya ditepuk-tepuk.
Bangun sayang,, beberapa kali tepukan akhirnya sadar dan langsung teriak ketika melihat manusia kambing itu, ahhhhhhh..pergiiii aku takuttttt.
Tenang Mel, mahluk ini baik, katanya suruhan teman kita mungkin Diki dan Laras melakukannya..ayo kita berdiri.
Kalian akan aku antar ke pintu pagar, ayo ikuti aku,..
Mahluk itu mengajak,,
Meli dan Rido pun mengikutinya...
Selagi berjalan,.Rido bertanya.
Maaf kalau boleh tau ini tempat apa.?
Ini tempat pesugihan, ini tempat membuang tumbal, dari orang yang sudah memberikan janji pada setan, orang musrik yang ingin cepat kaya.
Makanya kalian ada harapan selamat, karena kalian tidak terikat janji, tapi dalam waktu sehari semalam jika kalian masih disini, maka kalian akan selamanya tinggal disini.
Terus kamu siapa? Rido bertanya kembali.
Aku adalah mahluk yang selalu bersama bapak kuncen gunung ini.
Oh gitu ya,,
Gak lama kemudian mereka pun sampai,
Ternyata benar terlihat pintu pagar arah keluar.
Keluarlah kalian, temanmu menunggu disana, sebelum keluar tolong bukakan kalung dileherku, dan berikan pada temanmu" lalu kamu bilang, tolong kembalikan pada pemiliknya.
Iya,iya, terimakasih sudah menolongku.
Akhirnya Rido membuka kalung itu.
Sesaat setelah kalung itu dibuka, Rido dan Meli kaget luar biasa, mahluk itu menjadi kambing seutuhnya,,,
Rido dan Meli pun keluar setengah lari meninggalkan kambing itu.
Diki yang menunggu cemas duduk dibawah pohon,...
Rido, Meli,,,,!! Kalian selamat alhamdulillah,
Makasih ya Dik,,,Laras mana?
Mungkin sudah di tenda dia tadi aku tinggalkan dijalan,, karena takut ga keburu nolong kalian.
Terimakasih ya Dik, kamu lebih mengutamakan keselamatan kita, Rido pun memeluk Diki,,,kamu memang sahabatku, aku gak akan melupakan jasamu,
Iya Do, sama-sama, ..
Udah yu kita samperin Laras, ga enak meninggalkan dia sendiri, Meli mengajak Diki dan Rido...yooooo.
Merekapun menuju tenda ternyata benar Laras sudah ada disana.
Rido, Meli, alhamdulillah kalian selamat...
Iya Ras, makasih ya ini semua karena kalian berdua, memang kalian sahabat kita paling baik, "Meli pun memeluk Laras.
Ya udah, barang-barang sudah saya beresin, mending kita pulang mumpung masih pagi..yuuu..
Karena semua sudah diberesin merekapun pulang turun menuju Desa.
O iya Dik, hampir lupa, didalam tadi aku ditolong Manusia kambing, dan dia nyuruh aku bukain kalungnya, nyuruh mengasihkannya ke kamu, katanya kembalikanlah pada pemiliknya.. Rido bicara sambil mengeluarkan kalung,..
Ya ampun tuh kalung tadi Ras,,Laras pun melihatnya,"iya dik, ya udah kita ntar kembalikan ke kakek kuncen ya, memang dia pemiliknya"o iya gimana ceritanya selama kalian di dalam?
Ceritanya panjang Dik,, ntar di mobil kita ceritain.
Tak lama kemudian sampailah di rumah Pak kades,,,Terlihat Pak Kades lagi ngobrol dengan Pak petani yang punya kambing itu,
Alhamdulillah kalian selamat,,
Iya Pak, alhamdulillah akhirnya kami bisa kembali lagi kesini.
O iya pa tunggu ya, uang kami dalam mobil.
Diki pun mengambil uang dan membayar janjinya pada bapak petani itu, makasih ya pa atas bantuannya. Iya Den, sama-sama,
Selagi istirahat, Diki bicara" o ya, Do anter aku ya nganterin kalung ini ke kakek Kuncen.
Biar Meli sama Laras disini saja...
Oke,, yu....Rido pun menganggukan kepala.
Mereka pun pamitan nganter kalung itu dulu ke Pak Kuncen.
Sesampainya disana Diki dan Rido pun mengucapkan banyak terimakasih pada Kuncen itu, dan memberikan sejumlah uang sebagai rasa terimakasihnya.
Setelah itupun mereka pulang lagi menuju Meli dan Laras,..
Kemudian mereka berpamit pulang ke Jakarta, berjabat tangan sama Pak Kades dan bapak petani itu,. Setelah sesaat mereka pun memasuki mobil dan kembali pulang.
Tiba-tiba ada yang teriak dari belakang mahluk-mahluk itu.
Semua menoleh termasuk Rido, ternyata yang teriak manusia berkepala kambing, kalian jangan ganggu kedua manusia itu, mereka temanku, biarkan mereka berdua keluar dari sini, dan aku akan menggantinya dengan kambing.
Sesaat semua berhenti,,,tak lama setelah itu semua mahluk yang aneh mendekati manusia berkepala kambing itu.
Pergi dulu kalian, aku akan kembali setelah kedua manusia ini keluar, aku janji.
Sekejap semua mahluk itu hilang,,,,
Lalu manusia berkepala kambing itu mendekati Rido.
Kamu jangan takut, aku akan menolongmu..
Siapa kau? Rido malah bertanya.
Aku datang karena temanmu yang minta,
Sejenak Rido teringat Diki dan Laras,.
Meli yang pingsan, pipinya ditepuk-tepuk.
Bangun sayang,, beberapa kali tepukan akhirnya sadar dan langsung teriak ketika melihat manusia kambing itu, ahhhhhhh..pergiiii aku takuttttt.
Tenang Mel, mahluk ini baik, katanya suruhan teman kita mungkin Diki dan Laras melakukannya..ayo kita berdiri.
Kalian akan aku antar ke pintu pagar, ayo ikuti aku,..
Mahluk itu mengajak,,
Meli dan Rido pun mengikutinya...
Selagi berjalan,.Rido bertanya.
Maaf kalau boleh tau ini tempat apa.?
Ini tempat pesugihan, ini tempat membuang tumbal, dari orang yang sudah memberikan janji pada setan, orang musrik yang ingin cepat kaya.
Makanya kalian ada harapan selamat, karena kalian tidak terikat janji, tapi dalam waktu sehari semalam jika kalian masih disini, maka kalian akan selamanya tinggal disini.
Terus kamu siapa? Rido bertanya kembali.
Aku adalah mahluk yang selalu bersama bapak kuncen gunung ini.
Oh gitu ya,,
Gak lama kemudian mereka pun sampai,
Ternyata benar terlihat pintu pagar arah keluar.
Keluarlah kalian, temanmu menunggu disana, sebelum keluar tolong bukakan kalung dileherku, dan berikan pada temanmu" lalu kamu bilang, tolong kembalikan pada pemiliknya.
Iya,iya, terimakasih sudah menolongku.
Akhirnya Rido membuka kalung itu.
Sesaat setelah kalung itu dibuka, Rido dan Meli kaget luar biasa, mahluk itu menjadi kambing seutuhnya,,,
Rido dan Meli pun keluar setengah lari meninggalkan kambing itu.
Diki yang menunggu cemas duduk dibawah pohon,...
Rido, Meli,,,,!! Kalian selamat alhamdulillah,
Makasih ya Dik,,,Laras mana?
Mungkin sudah di tenda dia tadi aku tinggalkan dijalan,, karena takut ga keburu nolong kalian.
Terimakasih ya Dik, kamu lebih mengutamakan keselamatan kita, Rido pun memeluk Diki,,,kamu memang sahabatku, aku gak akan melupakan jasamu,
Iya Do, sama-sama, ..
Udah yu kita samperin Laras, ga enak meninggalkan dia sendiri, Meli mengajak Diki dan Rido...yooooo.
Merekapun menuju tenda ternyata benar Laras sudah ada disana.
Rido, Meli, alhamdulillah kalian selamat...
Iya Ras, makasih ya ini semua karena kalian berdua, memang kalian sahabat kita paling baik, "Meli pun memeluk Laras.
Ya udah, barang-barang sudah saya beresin, mending kita pulang mumpung masih pagi..yuuu..
Karena semua sudah diberesin merekapun pulang turun menuju Desa.
O iya Dik, hampir lupa, didalam tadi aku ditolong Manusia kambing, dan dia nyuruh aku bukain kalungnya, nyuruh mengasihkannya ke kamu, katanya kembalikanlah pada pemiliknya.. Rido bicara sambil mengeluarkan kalung,..
Ya ampun tuh kalung tadi Ras,,Laras pun melihatnya,"iya dik, ya udah kita ntar kembalikan ke kakek kuncen ya, memang dia pemiliknya"o iya gimana ceritanya selama kalian di dalam?
Ceritanya panjang Dik,, ntar di mobil kita ceritain.
Tak lama kemudian sampailah di rumah Pak kades,,,Terlihat Pak Kades lagi ngobrol dengan Pak petani yang punya kambing itu,
Alhamdulillah kalian selamat,,
Iya Pak, alhamdulillah akhirnya kami bisa kembali lagi kesini.
O iya pa tunggu ya, uang kami dalam mobil.
Diki pun mengambil uang dan membayar janjinya pada bapak petani itu, makasih ya pa atas bantuannya. Iya Den, sama-sama,
Selagi istirahat, Diki bicara" o ya, Do anter aku ya nganterin kalung ini ke kakek Kuncen.
Biar Meli sama Laras disini saja...
Oke,, yu....Rido pun menganggukan kepala.
Mereka pun pamitan nganter kalung itu dulu ke Pak Kuncen.
Sesampainya disana Diki dan Rido pun mengucapkan banyak terimakasih pada Kuncen itu, dan memberikan sejumlah uang sebagai rasa terimakasihnya.
Setelah itupun mereka pulang lagi menuju Meli dan Laras,..
Kemudian mereka berpamit pulang ke Jakarta, berjabat tangan sama Pak Kades dan bapak petani itu,. Setelah sesaat mereka pun memasuki mobil dan kembali pulang.
T A M A T
loading...