Josephine dan Arya akhirnya membeli rumah baru. Dua pasangan ini sudah tunangan dan berencana untuk melaksanakan pernikahan dalam tiga bulan lagi. Karena rumah baru mereka baru saja selesai direnovasi, mereka bermaksud mengundang teman-teman datang untuk pesta kecil di rumah mereka
.
Lili, teman baik Josephine juga diundang. Lili datang dengan menumpang angkot. Kebetulan di terminal dekat rumah Josephine sana ada toko bunga. Jadi dia pun memutuskan membeli seikat bunga untuk teman baiknya. Sambil bingung menentukan mau ambil bunga apa, tiba-tiba ponselnya berdering.
“Li, lagi di mana kamu?” Ternyata Josephine. “Yang lain sudah pada datang nih.”
“Erm di dekat terminal. Sebentar lagi sudah mau sampai kok”
Lili buru-buru menentukan pilihannya dan langsung menuju ke rumahnya. Sesampai di komplek perumahan, Lili mengeluarkan ponselnya dan melihat Whatsapp yang pernah dikirim oleh Josephine alamat rumah baru mereka. Setelah berjalan beberapa saat langsung kelihatan. Rumah baru berukuran kecil.
Lili berjalan masuk, melihat pekarangan, yang walau kecil, tetapi sudah ditanam berbagai tanaman hias menarik. Memang hobi Josephine adalah merawat tanaman hias. Itu sebabnya juga Lili membeli bunga untuknya. Di situ Josephine menyamubutnya.
“Halo.. halo… Lili”
“Wah, congrats yah say..,” ujar mereka sambil merangkul. Lili menyerahkan bunga yang dia beli.
“Wow, thanks!” Josephine mengambil bunganya langsung menuju dapur, dan memasukkan bunga ke vas kosong situ.
Di dalam rumah pasangan muda itu sudah ramai. Sebagian besar wajah-wajah orang itu sudah dikenali Lili. Jadi dia dengan cepat berbaur dengan mereka. Mengobrol apa saja, sambil menikmati makanan yang dibuat oleh Josephine juga.
Setelah sudah agak larut, satu per satu teman mulai pulang. Setelah mengucapkan terima kasih dan ucapan selamat semuanya berpamitan. Lili diantar oleh salah satu teman yang kebetulan searah. Lili sampai di rumah tanpa kejadian aneh apapun. Kecuali satu hal.
Handphone-nya hilang.
Biarpun mencari-cari dengan seksama di tas yang dia jinjing dari tadi pagi, tetap saja tidak ditemukan ponselnya. Walaupun sudah coba ditelepon, tidak terdengar suara. Sepertinya handphone-nya jatuh tadi pagi sebelum sampai rumah Josephine.
Lili hanya bisa menganggap dia sedang sial. Mau tidak mau, dia sementara menggunakan handphone saudaranya sambil bersiap-siap membeli handphone baru lagi. Walaupun handphone lama hilang, tetapi Lili tetap mempertahankan nomor lamanya. Soalnya akan merepotkan sekali kalau sampai ganti nomor baru juga.
Semenjak handphone lama hilang, ponse baru Lili mulai menerima SMS-SMS tidak jelas terus menerus. Kadang-kadang SMS-nya berbunyi “Saya kedinginan sekali. Saya rasa saya tidak bisa bertahan lagi,”, “Saya terjebak di sini. Saya semakin sulit bernapas. Tolong” Pokoknya isi SMS-nya tidak jelas dan usil. Bahkan nomor SMS-nya berubah terus.
Beberapa bulan kemudian Josephine dan Arya menikah. Resepsi pernikahan mereka diselenggarakan secara sederhana. Hanya teman-teman dan kerabat dekat yang diundang. Mereka kembali bertemu. Saat itu karena sibuk, Lili tidak terlalu banyak berbicara dengan dia, tetapi sepertinya ingin berbicara satu hal dengan Lili.
Beberapa hari kemudian Josephine mengajak Lili bertemu. Mungkin ingin membahas sesuatu yang pas hari pernikahan belum sempat diceritakan. Tetapi sialnya pas hari itu Lili mendadak ada urusan. Adik Lili mengalami kecelakaan motor. Jadi dia terpaksa meminta Josephine untuk bertemu di lain hari.
Dua hari berikutnya masuk lagi SMS gak jelas “Di sini gelap sekali. Tolong aku. Semennya masuk ke mulutku.” Karena sudah keseringan mendapat SMS tidak jelas, Lili pun sudah terbiasa mengabaikannya. Tetapi SMS yang satu ini lain. SMS ini berasal dari nomor yang dia kenal. Itu nomor Josephine…. Agak malaman tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Ternyata Arya. Suaminya Josephine. “Lili? Maaf malam-malam telepon. Apa Josephine ada ke tempat mu?”
Josephine menghilang? Dengan keheranan Lili pun bertanya ada apa gerangan. Ternyata masalah perselisihan paham. Beberapa hari yang lalu Josephine mendapati dirinya hamil. Namun Arya tidak ingin secepat itu memiliki anak. Karena mereka masih muda. Gaji belum terlalu tinggi, dan masih banyak cicilan yang harus dibayar.. Jadi dia meminta Josephine mengaborsi bayinya saja, selagi bayi masih belum begitu terbentuk. Tetapi Josephine menolaknya. Karena tidak mendapat titik temu, Josephine sepertinya keluar, saat Arya tidak menyadarinya.
Merasa khawatir, Lili pun keesokan harinya bertandang ke rumah mereka. Di sana Arya bersama mama Josephine di sana. Terlihat jelas raut kekhawatiran di wajah mereka. Dia membantu menguatkan mereka. Josephine mungkin ngambek, dan di rumah teman saja. Mama Josephine hanya tersenyum lirih, merasa bersyukur karena anaknya memiliki teman yang baik. Saat mereka berbincang, mata Lili tanpa sengaja menangkap ada dua bungkus kosong semen di belakang rumah. Tiba-tiba dia teringat isi SMS yang diterima kemarin…
Di sini gelap sekali. Tolong aku, semennya masuk ke mulutku.
Entah mengapa hati Lili merasa tidak tenang. “Boleh saya melihat-lihat belakang?”
Lili tahu dia tidak sopan. Di saat keluarga sedang tidak tenang, dia malah meminta izin dengan Mamanya untuk melihat-lihat bagian belakang rumah mereka. Bawah sadar dia seolah-olah ada impuls yang mendorongnya untuk mencari tahu sesuatu di rumah mereka. Ada sesuatu yang tidak beres. Mama Josephine menyilahkan dia melihat-lihat, sembari dia mempersiapkan makan siang.
Lili berjalan di belakang. Di situ ada bermacam-macam pot tanaman hias Josephine. Setelah berjalan kesana kemari tidak ada yang aneh. Hanya jemuran baju dan pot saja. Dia pun bersiap-siap masuk ke rumah tapi tiba-tiba matanya melihat papan triplek yang disandarkan ke tembok pagar belakang rumah.
Dari tadi Lili tidak menyadarinya! Dia berjalan mendekat dan melongok belakang triplek itu. Ternyata triplek itu menutupi bagian tembok pagar yang masih semennya masih basah. Padahal ini rumah baru, untuk apa mereka memperbaiki temboknya secepat itu? Tiba-tiba perasaan Lili tidak enak. Masa sih, ada Josephine di situ…
“Sedang apa kamu?”
Lili terdiam. Terdengar suara dingin dari Arya yang berdiri di belakang Lili. Sejak kapan dia berdiri di situ?
“Sedang apa kamu, Lili?” tanya Arya kembali. Tatapan matanya dingin sekali.
“Eh.. anu… itu..” Lili kehilangan kata-kata.
“Kamu melihat sesuatu?”
“Ah ti..tidak kok.”
Arya berjalan mendekati Lili. Lili tidak bisa kemana-mana karena belakangnya hanya tembok…
“Ayu makan” tiba-tiba terdengar suara Mama Josephine. Lili langsung berlari melewati Arya, dan masuk rumah. Dengan tergesa-gesa dia pamit pulang walaupun diminta Mama Josephine untuk makan dulu. “Anu Bu, kapan-kapan saja yah.”
Begitu pulang Josephine walaupun ragu, tetap menelepon ke polisi…
Jasad Josephine ditemukan di dalam pagar tembok. Arya ditahan karena didakwa atas pembunuhan. Arya sudah mengetahui bahwa selama mereka bertunangan, Josephine sudah memiliki pria lain. Arya mengira pernikahan ini akan membuat Josephine melupakan pria itu. Tetapi sepertinya tidak. Nyatanya Josephine hamil. Dan Arya sangat yakin bayi itu adalah milik pria sialan itu. Arya mencoba meminta Josephine untuk menggugurkan bayi itu. Tetapi Josephine ngotot tidak mau. Percekcokan itu membuat Arya emosi, sehingga dia merencanakan pembunuhannya.
Dia membeli semen. Istrinya melihat dia membeli semen. Menjelang subuh, dia menghabisi istrinya. Kemudian dia memecahkan pagar tembok belakang, memasukkan mayat istrinya yang kaku, kemudian menyemennya kembali. Setelah itu sore menjelang malam itu dia menelepon ibu Josephine dan juga Lili…
Semuanya ketahuan berkat Lili. Lili merasa keringat dingin mengalir dari keningnya. Arya sudah membunuh Josephine semenjak subuh hari. Jadi waktu sore hari itu, SMS dari nomor Josephine yang dia terima itu… Siapa yang kirim? Polisi pun heran. Karena ponsel Josephine ikut disemen bersama jasadnya. Jadi mungkinkah Josephine yang kirim?
Bzzt.. Bzzt…
Lili memperhatikan ponselnya lagi, sebuah SMS baru masuk lagi.
loading...